Pariwisata Indonesia memang selalu berkembang dengan sangat pesat. Setelah sempat happening dengan perbukitan. Sekarang, pariwisata Indonesia sedikit demi sedikit mengalami perubahan. Banyak sekali bangunan bersejarah yang disulap menjadi sebuah objek wisata yang bisa dinikmati dan menjadi spot foto yang menarik.
De Tjolomadu adalah salah satunya yang menawarkan keindahan bentuk bangunan tuanya yang begitu mengesankan. Sebelum dijadikan sebagai sebuah kawasan wisata. Tempat ini adalah bekas pabrik gula yang mangkrak dan tidak terawat sama sekali. Banyak orang yang mencampakkan bangunan ini.
Simak; review wisata Kebun Teh Kemuning
Sejarah Singkat
Pabrik gula ini bernama Pabrik Gula Colomadu. Pabrik ini dibangun pada tahun 1861 oleh Mangkunegaran IV. Dahulu bangunan pabrik gula menjadi sebuah bangunan yang megah. Setiap pengusaha pabrik gula sudah pasti orang yang sangat kaya.
Pada tahun 1928 pabrik ini mencoba untuk direnovasi. Area lahan tebu mulai diperluas agar bisa lebih banyak memproduksi gula. Arsitekturnya pun dirubah agar bentuknya menarik dan terlihat sangat mewah.
20 tahun yang lalu pabrik ini pun sudah tidak digunakan karena biaya produksi yang terlalu tinggi dan peralatan yang sudah tua. Pabrik gula ini merupakan pabrik gula terbesar di Asia yang menjadi sebuah kebanggaan di jamannya. Dengan pabrik ini pula, Indonesia mampu mengekspor gula ke luar negeri. Sehingga menjadi kekuatan industri gula Nusantara
Mesin-mesin yang berada di kawasan ini adalah buatan Jerman. Pada zaman dahulu mesin ini sudah menjadi sebuah mesin yang sangat modern di jamannya. Karena, kemegahan mesinnya inilah yang membuat pihak pengelola terus mempertahankan mesin-mesn ini.
Lihat juga: info wisata Air Terjun Jumog
Daya Tarik De Tjolomadu
Bila dilihat dari luar, kawasan ini tampak megah sekali. Bangunannya yang menjadi cagar budaya dipertahankan dan di cat kembali dengan warna klasik. Sehingga, terlihat masih seperti aslinya.
Sebelum memasuki pabrik. Wisatawan akan dibuai dengan sebuah taman dengan tempat duduk yang sudah di sediakan. Saat malam hari, taman ini akan terasa hidup dengan lampu-lampu kecil yang sengaja di pasang untuk spot foto yang mengesankan.
Ada dua buah bangunan yang sengaja dipertahankan sebagai salah satu bagian dari pabrik ini. Menikmati tamannya saja, sudah begitu menggoda, apalagi bila masuk kedalam pabrik. Pasti lebih menggoda dengan mesin-mesin tua yang masih kokoh.
Baca: review seputar Air Terjun Parang Ijo
Malam hari memang waktu yang paling tepat menikmati museum ini. Tetapi, sepertiya masih ada waktu yang lebih tepat ketimbang malam hari. Kapan? Jawabannya adalah sore hari sekitar pukul 4 sore hingga menjelang maghrib. Kenapa? Karena, pada waktu ini langit akan menunjukkan keindahannya.
Bangunan ini pun juga akan menyalakan cahayanya. Sehingga perpaduan inilah yang membuat waktu ini begitu tepat untuk berkunjung. Wisatawan bisa mengambil gambar dengan hasil yang sangat mengesankan. Dijamin akan takjub.
Di area luar ini juga terdapat sebuah pondok-pondok buatan yang menjajakan berbagai macam sajian kuliner. Saya memang belum mencoba semua sajian yang ada disini. Tetapi, saya pernah mencoba cilok yang dijual dengan harga yang cukup mahal yaitu 10 ribu rupiah untuk satu cup.
Tetapi, setelah saya menyantap cilok ini. Sungguh, rasanya begitu mengesankan. Saya sampai ketagihan dan membelinya lagi. Apalagi, cilok ini disajikan disaat panas. Jika, ciloknya saja enak, apalagi dengan kuliner yang lainnya. Pasti juga memiliki cita rasa yang tidak terlalu jauh.
Simak: review wisata Candi Cetho
Saat malam tiba banyak wisatawan yang mampir ke tempat ini dahulu sembari menikmati keindahan sorot lampunya. Sebelum masuk ke dalam. Suasana tempat ini begitu mengesankan dan memang membuat wisatawan enggan untuk beranjak.
Setelah puas menikmati area luar, saatnya masuk ke dalam. Pertama kali wisatawan akan memasuki stasiun Gilingan. Ada sekitar 3 mesin penggiling yang begerigi terpampang dengan nyata di sini. Walaupun, usianya sudah tua. Namun, mesin ini masih tampak esoktis. Andai masih bisa dipakai dan ditunjukkan kepada para pengunjung pasti membuat wisatawan enggan beranjak.
Baca juga: review wisata Grojogan Sewu
Stasiun Ketelan. Stasiun ini digunakan sebagai area F&B, ada berbagai jenis makanan dan minuman yang bisa dibeli Sobat Traveller semua. Menyantap beberapa makanan dan menyeruput minuman di area ini menjadi sangat nikmat.
Sobat Traveller pun bisa memanfatkan Besali café untuk sajian kuliner, minuman atau juga coffee yang tersedia dengan harga yang bersahabat. Duduk ditempat ini seperti kembali ke masa lalu saat pabrik ini masih jaya.
Melihat beberapa sudut dikawasan ini memang begitu menarik. Coba bayangkan saja pada zaman dahulu pabrik gula ini berdiri dengan megahnya. Alat-alat yang digunakan begitu modern. Berada di tempat ini seperti berada di jaman masa lalu. Apalagi saat malam hari, dimana lampu-lampu yang begitu terang benderang.
Sekarang ini, banyak sekali event yang sengaja digelar di tempat ini. Event ni berfungsi untuk meningkatkan pengunjung. Apalagi, di tempat ini ada convention hall yang bisa di manfaatkan untuk menggelar konser-konser yang berkelas international. Dengan kapsitasnya bisa mencapai 3000 orang.
Ada pula kawasan art dan Craft yang mengakomodir kreatifitas para seniman. Sobat traveller pun bisa membeli hasil karyanya dengan harga yang sangat bersahabat. Dijamin bisa menjadi sebuah oleh-oleh yang menggemaskan.
Tempat ini memang paling pas untuk mengadakan beberapa event. Kemegahannya membuat semua orang pasti akan datang. Apalagi, saat saya datang tempat sedang mengadakan event besar yaitu pameran karya habibie.
Pameran ditempat terlihat begitu megah dan mewah. Bukan hanya karyanya saja yang terlihat mengesankan. Tetapi, bangunan dan sejarah dari tempatnya yang bisa menampung kurang lebih 1000 pengunjung dalam satu tempat. Megah sekali bukan?
Rute, Lokasi, dan Harga Tiket
Kawasan ini berada di daerah Colomadu, Karanganyar. Berada di pinggir jalan utama menuju Bandara Adi Soemarmo. Bagi wisatawan berasal dari arah kota bisa mengarahkan kendaraan menuju perempatan Manahan. Bila berangkat dari arah terminal tirtonadi Solo, wisatawan harus belok kearah kanan. Jalan terus sekitar 1 kilometer.
Bagi wisatawan yang ingin naik transportasi umum. Wisatawan bisa naik menggunakan batik Solo Trans dengan koridor Bandara Adi Soemarmo Solo. Turun di halte De Tjolomadu dengan harga 4.500 rupiah. Hanya saja, sobat traveller harus sedikit bersabar karena, bus ini cukup lama mengingat macetnya kota solo saat ini.
Harga tiket masuk belum dikenakan biaya. Tetapi harga parkirnya yang begtu mahal. Belum ada 10 menit. Saya sudah harus membayar uang sebesar 5 ribu rupiah. Mungkin, dengan tidak adanya bea masuk, bea parkir bisa dinaikkan. Sehingga jadi impas.
Video De Tjolomadoe Hall
De Tjolomadu adalah sebuah kreasi anak bangsa yang sadar betapa sejarah adalah bagian dari negeri ini dan tidak bisa terpisahkan. Pabrik Gula yang berdiri megah ini juga bisa menjadi sebuah semangat untuk kita semua mempertahankan kemerdekaan dan mengenal lebih jauh sejarah melalui bangunan-bangunan klasik yang unik. Jangan lupa bawa kamera agar tidak kecewa dengan tekstur bangunannya.