Kuliner Pasar Beringharjo Yogyakarta yang Enak dan Wajib Dicoba

Nativeindonesia – Bagi wisatawan, kunjungan ke Yogyakarta rasanya belum lengkap tanpa singgah di Pasar Beringharjo. Sebagai pasar tertua yang sarat dengan nilai sejarah dan budaya, Pasar Beringharjo tidak hanya terkenal sebagai tempat berburu batik dan suvenir, tetapi juga surga kuliner yang menghadirkan beragam makanan tradisional khas Jawa.

Berikut adalah beberapa kuliner wajib coba yang bisa kalian nikmati saat berkunjung ke Pasar Beringharjo:

Satai Kere Mbah Suwarni

Satai Kere Mbah Suwarni

Di kawasan Pasar Beringharjo, terdapat banyak penjual satai, namun Satai Kere Mbah Suwarni selalu berhasil mencuri perhatian. Warung sederhana nenek ini menjadi favorit banyak pengunjung karena rasa autentik dan keahlian beliau dalam membakar satai.

Dengan cekatan, Mbah Suwarni mengipas bara api sambil memanggang satai, menciptakan aroma gurih yang memikat siapa saja yang melintas. Satai kere, hidangan andalan beliau, dibuat dari koyor atau lemak sapi. Lemak sapi ini dibumbui dengan campuran rempah sederhana seperti merica dan bawang, dilumuri kecap manis, lalu dibakar hingga menghasilkan rasa yang nikmat dan menggugah selera.

Selain satai kere, Mbah Suwarni juga menyediakan pilihan lain seperti satai hati ampela dan satai daging sapi. Harganya sangat terjangkau, hanya Rp10.000 untuk tiga tusuk satai kere, sementara satai hati ampela dan daging sapi dihargai Rp2.000 hingga Rp5.000 per tusuk.

Mbah Suwarni mulai melayani pembeli sejak pukul 10.00 hingga 16.00 WIB. Lokasinya strategis, tepat di pintu masuk selatan Pasar Beringharjo, di bawah jembatan penyeberangan. Jika kesulitan menemukannya, cukup ikuti aroma khas satai yang terbakar, karena itulah ciri khas Satai Kere Mbah Suwarni.

Bakmie Pentil

Bakmie Pentil

Bakmie pentil adalah salah satu kuliner Pasar Beringharjo Yogyakarta yang langka dan legendaris. Hidangan ini semakin jarang dijual, sehingga wajar jika sulit ditemukan di berbagai tempat. Salah satu penjual mi pentil yang masih eksis berada di Pasar Beringharjo, Yogyakarta.

Lapaknya terletak di area jajanan tradisional, tak jauh dari tempat parkir sepeda motor. Di sini, pembeli dapat memilih jumlah mi yang ingin dibeli, dengan harga mulai dari Rp3.000 hingga Rp10.000. Berbeda dengan mi pada umumnya yang sering disajikan dengan tambahan ayam, telur, atau sayuran, mi pentil goreng disajikan dengan cara sederhana.

Mi ini hanya dimasak menggunakan bumbu bawang putih, kemiri, dan garam, tanpa bahan tambahan lainnya. Sebagai pelengkap, mi pentil biasanya disajikan dengan taburan bawang goreng dan sambal mentah pedas. Rasanya yang cenderung asin membuatnya semakin nikmat ketika disantap bersama sambal.

Sup Kembang Waru Bu Mala

Sup Kembang Waru Bu Mala

Sup Kembang Waru adalah salah satu makanan khas Yogyakarta yang dahulu kerap disajikan dalam acara pernikahan. Namun, seiring waktu, keberadaan kuliner unik ini semakin jarang ditemukan. Meski demikian, kalian masih bisa mencicipi hidangan khas ini di Pasar Beringharjo.

Di pasar ini, hanya ada satu penjual Sup Kembang Waru yang tersisa, yaitu di lapak milik Bu Mala. Sup ini dibuat dari bahan-bahan segar seperti wortel, buncis, brokoli, kentang, seledri, dan bawang goreng. Ciri khasnya adalah rolade, sejenis siomay dari daging ayam yang dibungkus dengan telur, dibentuk menyerupai bunga waru yang indah.

Kuahnya memiliki rasa gurih dan segar yang mirip dengan kuah bakso, sehingga cocok dinikmati kapan saja. Seporsi Sup Kembang Waru lengkap dengan nasi hanya dibanderol seharga Rp15.000.

Jika ingin mencicipi kuliner khas ini, kalian bisa mengunjungi lapak Bu Mala yang terletak di foodcourt lantai 2 Pasar Beringharjo. Warung ini buka setiap hari mulai pukul 09.00 hingga 17.00 WIB. Jangan lewatkan kesempatan untuk menikmati kelezatan dan keunikan rasa dari Sup Kembang Waru ini!

Roti Kolomben

Roti Kolomben

Roti Kolomben dikenal sebagai roti kuno, karena sejarahnya yang panjang sejak era kolonial. Nama kolomben diyakini berasal dari frasa “kala mben,” yang berarti “dulu kala” dalam bahasa Jawa, menandakan kehadirannya yang sudah ada sejak lama.

Meskipun namanya terdengar unik, tampilan roti ini sederhana. Berbentuk segi empat, dengan warna cokelat polos, dan bagian tengah yang menggembung menyerupai bantal kecil. Roti kolomben memiliki rasa manis, legit, dan tekstur empuk saat digigit, sementara pinggirannya renyah dan beremah. Namun, tepung yang mudah terlepas dari pinggirannya sering kali meninggalkan jejak di bibir jika tidak hati-hati memakannya.

Di masa lalu, roti ini dianggap istimewa, menjadi santapan mewah bagi rakyat biasa dan hanya hadir dalam acara-acara tertentu seperti kenduri atau pesta pernikahan. Roti Kolomben juga sering dipadukan dengan kue apem sebagai bagian dari hantaran sesaji dalam tradisi nyadran di bulan Ruwah dalam kalender Jawa.

Saat ini, roti kolomben mulai kalah populer dengan makanan modern. Namun, roti ini masih bisa ditemukan di kawasan jajanan pasar di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Harganya cukup terjangkau, mulai dari Rp 15.000 per bungkus. Bagi pecinta kuliner tradisional, mencicipi roti kolomben adalah cara untuk merasakan warisan budaya yang terus bertahan melintasi zaman.

Soto Pites Mbah Galak

Soto Pites Mbah Galak

Di dalam kawasan Pasar Beringharjo, terdapat warung kuliner legendaris bernama Soto Pites Mbah Galak. Nama unik ini berasal dari karakter penjual pertama yang dikenal galak namun tetap ramah dalam menyajikan hidangan.

Warung ini menawarkan dua pilihan soto, yaitu soto sapi dan soto ayam, yang bisa dinikmati sesuai selera. Untuk melengkapi hidangan, tersedia berbagai pilihan minuman seperti teh, jeruk, lemon tea, hingga es kolang-kaling.

Kuliner khas Malioboro yang sudah berdiri sejak tahun 1950-an ini buka setiap hari Sabtu hingga Kamis, mulai pukul 07.00 hingga 14.30 WIB. Dengan harga hanya Rp9.000 per porsi, Soto Pites Mbah Galak menjadi pilihan favorit bagi pecinta makanan tradisional.

Es Dawet Legendaris Mbah Hari

Es Dawet Legendaris Mbah Hari

Es dawet legendaris ini telah menjadi bagian dari sejarah Pasar Beringharjo selama lebih dari 40 tahun, sejak pertama kali dijual pada tahun 1965. Kini, usaha ini dikelola oleh Mbah Hari, generasi ketiga yang mewarisi resep khas keluarga. Rasa autentik dari dawet ini tetap terjaga karena menggunakan resep turun-temurun yang sudah dikenal sejak lama.

Proses pembuatan es dawet Mbah Hari masih dilakukan secara tradisional tanpa bantuan mesin. Bahan utama yang digunakan meliputi cendol, cincau hijau, dan potongan nangka segar. Semua bahan ini kemudian disiram dengan santan dan air gula merah, menciptakan kombinasi rasa manis dan segar yang sangat cocok untuk menghilangkan dahaga, terutama saat berbelanja di Pasar Beringharjo.

Pembeli dapat menikmati dawet ini langsung di tempat atau membawanya untuk diminum sembari melanjutkan aktivitas belanja. Meski terkenal sebagai kuliner legendaris, Mbah Hari tetap mempertahankan harga yang ramah di kantong. Satu porsi dawet hanya dibanderol Rp5.000, menjadikannya pilihan minuman yang terjangkau.

Es dawet Mbah Hari mulai dijual pukul 09.30 setiap hari hingga habis. Kalian bisa menemukan lokasi jualannya di pintu masuk Pasar Beringharjo, tepatnya di sayap Utara. Jika berkunjung ke Yogyakarta, jangan lewatkan kesempatan mencicipi kuliner legendaris ini.

Pasar Beringharjo tidak hanya menjadi tempat belanja, tetapi juga destinasi kuliner yang wajib dikunjungi. Dengan beragam pilihan makanan yang enak dan otentik, perjalanan kalian ke Yogyakarta dijamin semakin berkesan. Jangan lupa mencoba kuliner di pasar ini saat kalian berkunjung!